Senin, 30 Oktober 2017

Audit Sistem Informasi
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
Sedangkan auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatuperusahaan atau organisasi

  • Tujuan Audit
Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasilkan sebagai berikut :
  1. Kelengkapan (Completeness). Untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah dicatat atau ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.
  2. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada telah dicatat berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang benar, diklasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.
  3. Eksistensi (Existence). Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal tertentu, jadi transaksi tercatat tersebut harus benar-benar telah terjadi dan tidak fiktif.
  4. Penilaian (Valuation). Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum telah diterapkan dengan benar.
  5. Klasifikasi (Classification). Untuk memastikan bahwa transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat. Jika terkait dengan saldo maka angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat.
  6. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada tanggal yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar. Serta penjumlahan saldo sudah dilakukan dengan tepat.
  7. Pisah Batas (Cut-Off). Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat tanggal neraca dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang mungkin sekali salah saji adalah transaksi yang dicatat mendekati akhir suatu peride akuntansi.
  8. Pengungkapan (Disclosure). Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan wajar dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut.

  • Tujuan Audit Sistem Informasi
Ketika melaksanakan audit sistem informasi, para auditor harus memastikan tujuan-tujuan berikut ini dipenuhi:
  1. Perlengkapan keamanan melindungi perlengkapan komputer, program, komunikasi, dan data dari akses yang tidak sah, modifikasi, atau penghancuran.
  2. Pengembangan dan perolehan program dilaksanakan sesuai dengan otorisasi khusus dan umum dari pihak manajemen.
  3. Modifikasi program dilaksanakan dengan otorisasi dan persetujuan pihak manajemen.
  4. Pemrosesan transaksi, file, laporan, dan catatan komputer lainnya telah akurat dan lengkap.
  5. Data sumber yang tidak akurat. atau yang tidak memiliki otorisasi yang tepat diidentifikasi dan ditangani sesuai dengan kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.
  6. File data komputer telah akurat, lengkap, dan dijaga kerahasiaannya.

Tahap-tahap audit terdiri dari 5 tahap sebagai berikut :
  1. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan.
    Sebelum auditor menentukan sifat dan luas pengujian yang harus dilakukan, auditor harus memahami bisnis auditi (kebijakan, struktur organisasi, dan praktik yang dilakukan). Setelah itu, analisis risiko audit merupakan bagian yang sangat penting. Ini meliputi review atas pengendalian intern. Dalam tahap ini, auditor juga mengidentifikasi aplikasi yang penting dan berusaha untuk memahami pengendalian terhadap transaksi yang diproses oleh aplikasi tersebut. pada tahap ini pula auditor dapat memutuskan apakah audit dapat diteruskan atau mengundurkan diri dari penugasan audit.
  2. Tahap Pemeriksaan Rinci.
    Pada tahap ini auditnya berupaya mendapatkan informasi lebih mendalam untuk memahami pengendalian yang diterapkan dalam sistem komputer klien. Auditor harus dapat memperkirakan bahwa hasil audit pada akhirnya harus dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai apakah struktur pengendalian intern yang diterapkan dapat dipercaya atau tidak. Kuat atau tidaknya pengendalian tersebut akan menjadi dasar bagi auditor dalam menentukan langkah selanjutnya.
  3. Tahap Pengujian Kesesuaian.
    Dalam tahap ini, dilakukan pemeriksaan secara terinci saldo akun dan transaksi. Informasi yang digunakan berada dalam file data yang biasanya harus diambil menggunakan software CAATTs. Pendekatan basis data menggunakan CAATTs dan pengujian substantif untuk memeriksa integritas data. Dengan kata lain, CAATTs digunakan untuk mengambil data untuk mengetahui integritas dan keandalan data itu sendiri.
  4. Tahap Pengujian Kebenaran Bukti.
    Tujuan pada tahap pengujian kebenaran bukti adalah untuk mendapatkan bukti yang cukup kompeten,. Pada tahap ini, pengujian yang dilakukan adalah (Davis at.all. 1981) :
    1. Mengidentifikasi kesalahan dalam pemrosesan data
    2. Menilai kualitas data
    3. Mengidentifikasi ketidakkonsistenan data
    4. Membandingkan data dengan perhitungan fisik
    5. Konfirmasi data dengan sumber-sumber dari luar perusahaan.

  •  Pengumpulan Data
  • Pengamatan atas berbagai kegiatan yang diaudit (contohnya, memperhatikan bagaimana cara para pegawai memasuki lokasi komputer atau bagaimana personil pengendalian data menangani kegiatan pemrosesan data begitu data diterima),
  • Melakukan tinjauan atas dokumentasi untuk memahami bagaimana suatu SIA atau sistem pengendalian internal berfungsi.
  • Diskusi dengan para pegawai mengenai pekerjaan mereka dan bagaimana mereka melaksanakan beberapa prosedur tertentu.
  • Kuesioner yang dapat mengumpulkan data mengenai sistem terkait.
  • Pemeriksaan fisik jumlah dan/atau kondisi aset berwujud seperti perlengkapan, persediaan, atau kas.
  • Melakukan konfirmasi atas ketepatan informasi tertentu, seperti saldo rekening pelanggan, melalui komunikasi dengan pihak ketiga yang independen.
  • Melakukan ulang prosedur pilihan perhitungan tertentu untuk memverifikasi informasi kuantitatif dari beberapa catatan dan laporan (contohnya, auditor dapat menghitung kembali suatu total batch atau menghitung kembai beban depresiasi tahunan}.
  • Pembuktian untuk mendapatkan validitas sebuah transaksi dengan cara memeriksa seluruh dokumen pendukungnya, seperti pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur penjualan dari pemasok yang mendukung transaksi utang usaha.
  • Tinjauan analitis atas hubungan dan tren antar informasi untuk mendeteksi hal-hal yang harus diselidiki lebih lanjut (contohnya, seorang auditor untuk jaringan toko baju menemukan bahwa di salah satu toko, rasio piutang usaha terhadap penjualan sangat tinggi. Sebuah penyelidikan mengungkap bahwa manajer toko tersebut telah mengalihkan uang dari hasil penagihan, untuk dipakai secara pribadi).

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna Veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat.

0 komentar:

Posting Komentar

Further Contact