WELCOME!

I AM

image
Hello,

I'm MUHAMMAD FAHMI

Welcome to my pages! Haha before that, i wanna say thankyou for all of you who visited my blog. Blog itu bagi gue sama halnya kaya kita punya buku catatan pribadi, mau dicorat-coret apapun itu hak kita. Tergantung kita, mau bikin coretan yang punya makna atau sekedar garis garis tanpa makna. And for this page, campuran, sih, antara tugas kampus sama portofolio atau penulisan-penulisan gue lainnya. Tapi yang jelas ya sebisa mungkin gue berharap ini bisa bermanfaat buat kalian semua yang buka blog ini

Passion. Banyak sih. Tapi tulisan sama teknologi buat gue passion yang paling kuat banget. Buat gue tulisan itu ekspresi yang bisa diungkapin dengan nyaman lewat media apapun. Dan teknologi, anytime, anywhere, you must need technology. Specially, android dan web. Perkembangannya pesat banget, dan akan selalu menarik terus menggeluti di dunia ini. Tapi tenang, disini gak cuma bahas tentang teknologi tetep ada post-post menarik lainnya. So stay tune and have a nice day


Education
Gunadarma University

Information System

Senior High School

SMA N 31 Jakarta

Junior High School

SMP N 7 Jakarta


Experience
Innovation Competition

8th National Grade CIGIF 2013

Android Developer

Epilepsy Monitoring

SGM 7 Science Competition

Agriculture Solution


My Skills
Design
Programming
Science Writing
Branding

4

Awards Won

100+

Partners

On Progress

Projects

21

Post Made

WHAT CAN I DO

Web Design

Design web for make a dynamics and futuristic your Personal or Business Web

Android Developer

Make any android application which you want? Just ask to me!

Graphic Design

Graphic is most valuable point of any products. So you need it and i can do that!

Clean Code

Coding with some language different and platform

Photographic

My passion is also in photographic, you can ask me for photoshooting too!

Science Writing

Innovation and science writing is also my world cause it's so challenging!

SOME OF WORK

Bersimpuh Bersamamu


Jangan memuji indahnya langit jingga dikala ufuk terbenam
Tapi pujilah Allah
Yang menciptakan Langit dan Bumi tempat digoresnya keindahan itu

Jangan mencintaiku dengan hatimu
Tapi layaknya lantunan ayat suci yang terdengar merdu
Yang selalu sejukkan hatimu saat kau lakukan

Jangan sekalipun kau ucap namaku
Kecuali dalam tasbih mu kepada-Nya
Karena disini pun, kau goresan tinta ku saat bersimpuh pada-Nya
Jangan percaya
Dengan ucap ucap bibir ku yang terkadang kelu
Tapi percayalah Firman Allah yang Maha Benar

Jangan masukkan namaku di hatimu
Tapi masukkan nama Allah
Hingga hatimu tenang dan kau cintai aku karena Ridho-Nya

Jangan sedih jika cintamu di dustakan
Tapi sedihlah jika engkau dustakan Allah
Jangan pula engkau minta cinta kepada penyair ulung
Tapi mintalah kepada Allah, Sang penggores tinta kehidupan
Yang tintanya abadi nan suci

Ya Allah yang Maha Rahman & Rahim
Jangan jadikan hatiku batu yg mengeras
Hingga lupa akan rahmatMu

Kasih Terlambat




Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku. Katanya menjelaskan dengan lembut. Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. Apalagi??
Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana? tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena musuhku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku.

Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri,
selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi? kujawab pertanyaan itu segera.
Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu., dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya,
Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?

Aku merangkulnya sambil berkata
Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.

Putriku menatapku,
seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?
Aku menggeleng,
bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

   

 True story and Inspirated by Aku Terpaksa Menikahimu - Kaskus Story




Realistic Drawing





Menggambar/drawing adalah kegiatan kegiatan membentuk imaji, dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Bisa pula berarti membuat tanda-tanda tertentu di atas permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar.

Pelakunya populer dengan sebutan Penggambar/juru gambar yang merupakan salah satu bagian pekerjaan dari perupa. Bagi para seniman, menggambar layaknya menggoreskan curahan curahan hati dan meneteskan segala perasaan dan inisiatif mereka. Dan menurut admin pun, menggambar juga sesuatu hal yang menyenangkan dan bisa melepas segala gundah gulana yang sedang dirasa. Untuk menggambar, tentunya semakin nyata suatu gambar atau suatu realistis, pasti menjadi sebuah kepuasan batin para drawing lovers.
Tentunya ada hal hal yang harus diperhatikan untuk menghasilkan gambar semakin realistik dan membuat banyak orang takjub, berikut coba admin bahas dan menilik satu per satu agar para pembaca bisa mencoba dirumah dan berkreasi sendiri. Silahkan simak!

KONSEP MENGENAI SOFTSKILL



KONSEP SOFTSKILL



Soft skill adalah istilah sosiologis yang mengacu pada sekelompok karakter kepribadian, rahmat sosial, fasilitas dengan bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme bahwa orang tanda untuk berbagai tingkat. Soft skill melengkapi hard skill, yang merupakan persyaratan teknis pekerjaan.(Wikipedia) . Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intrapersonal dan interpersonal.
Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori yaitu intrapersonal skill dan interpersonal skill.Intrapersonal skill yaitu ketrampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri. Sedangkan interpersonal skill yaitu ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Ketrampilan intrapersonal mencakup kesadaran diri (kesadaran emosional percaya diri, penilaian diri, sifat & preferensi,) Dan keterampilan diri (perbaikan, kontrol diri, kepercayaan, kelayakan, waktu / sumber manajemen, proaktif, hati nurani). Sedangkan keterampilan interpersonal yang mencakup kesadaran (kesadaran politik, yang lain berkembang, keragaman memanfaatkan, orientasi layanan, empati Dan keterampilan sosial (kepemimpinan, pengaruh, komunikasi, manajemen konflik, kerja sama, kerja tim, sinergi).
Soft skill termasuk kebutuhan yang sangat penting untuk seseorang dimana selain kualitas hard skill yang harus dipersiapkan seseorang untuk terjun ke dunia pekerjaan, soft skill juga harus mempunyai kualitas dasar yang baik pula. Penerapan soft skill ini harus mulai digerakkan pada kehidupan sehari-hari, baik pada proses belajar maupun bermasyarakat.Soft skill ini akan sangat berguna bagi seseorang dalam bekerja. Misalnya saja penerapan soft skill sebagai salah satu mata kuliah dalam kurikulum perkuliahan pada perguruan tinggi. Penerapan ini sangat berperan membantu para mahasiswa dalam mengembangkan soft skill mereka melalui tulisan-tulisan yang berhubungan dengan pembahasan materi dalam mata kuliah yang ditetapkan. Melalui metode ini diharapkan mahasiswa dapat terus mecari, mengembangkan, dan memperdalam kemampuan non-teknisnya disamping kemampuan akademisnya. Contoh lain pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) memang lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Namun, untuk kompetensi soft skillbiasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’.

Umumnya kelemahan dibidang soft skill terletak pada karakter yang melekat dalam diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun demikian soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Artinya, kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Dan satu cara ampuh untuk meningkatkan soft skill yaitu dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain.

Etika Dalam Bersosial Media

Sosial media. Kali ini saya akan mecoba mengulik suatu "tradisi" umum jaman sekarang. Hal yang satu ini layaknya suatu trend yang harus diikuti oleh semua kalangan usia. Muda, tua, laki-laki, wanita, sudah seperti menjadi suatu komunitas tersendiri dalam ruang lingkupnya. Dalam benak saya, komunitas ini bisa dianalogikan dengan suatu sistem kenegaraan. Terintegrasi dalam suatu pusat, jika suatu negara terintegrasi oleh sistem pemerintahan, maka diranah sosial media terintegrasi oleh beragam jenis aplikasi social media yang saling bersaing untuk memimpin trend yang sangat digemari saat ini. Beragam tanggapan terlontar dari para pengguna (user) yang menikmatinya, mulai dari instan, update, bisa dikenal, hingga ikut ikutan user lainnya. Tak ada satupun aplikasi yang absen dari gadget penggunanya. Mulai dari facebook, twitter, Instagram, Path, Line, yang dianggap mempermudah penggunanya untuk berkomunikasi dengan baik.


Flowchart Luas Kubus

Berbicara mengenai flowchart, tentunya kita berbicara mengenai diagram diagram yang tersusun dari simbol simbol yang secara terstruktur dan memiliki tahapan tahapan dalam proses nya sehingga memiliki makna yang dapat dimengerti. Saya yang melihat dari sudut pandang mahasiswa sistem informasi, melihat bahwa flowchart sangatlah penting didunia sistem informasi. Tentunya flowchart tidak bisa asal disusun dan harus memiliki urutan urutan yang spesifik. Berikut adalah garis besar tahapan dan susunan flowchart secara umumnya:


1. Tahap mulai (Start)
2. Tahap memasukan data yang diperlukan (Input)
3. Tahap membaca data yang telah dimasukkan (Read)
4. Tahap memproses data (Proses)
5. Tahap mencetak data (Print)
6. Tahap penyelesaian dan finishing (End)




PROLOG

Tanah tak kunjung mengering. Bukan. Bukan karenanya gemercik tetesan yang dilimpahkan dari langit. Melainkan dari mata mungil seorang bocah. Sang bunda hanya bisa memeluknya penuh rona bersama sang kakak. Pun dengan menahan duka. Tertambat didepannya nisan yang seolah berkata dalam sunyi. Yang seolah berisak dalam hampa. Benar. Dihadapannya ialah makam sang ayahanda yang baru saja dikebumikan. Masih teringat jelas oleh mereka semua, tentang bagaimana keceriaan yang pernah ada, serta guratan tawa yang pernah diukir bersama. 
Tak lama, deru mesin mobil keluarga pun sudah terdengar. Pertanda mereka akan perlahan melangkah pergi meninggalkan makam itu. Sebelum beranjak, bocah kecil itupun kembali menoleh dengan diiringi lambaian tangan gontahnya sambil terucap dibibir nya, "Selamat tinggal ayah, aku akan merindumu". 
Selama perjalanan kembali kerumah pun, sang bunda tetap mencoba mencairkan suasana dengan raut ceria walau duka tertahan. 
"Kakak sama adik mau makan apa? Daritadi pagi belum makan kan hayooo" ucap halus sang bunda.
"Aku ngga mau makan bundaa" jawab si sulung.
"Aku juga" cercah sang adik.
Bundanya pun mengerti bahwa mereka masih sangat terpukul atas kepergian ayahnnya. Kembali. Pelukan hangat sang bunda menenangkan batin mereka yang remuk padam.
Tapi dalam hati dua bocah lucu itupun tercurah jelas. Mereka bertekad akan menjaga sang bunda dengan sepenuh hati. Meskipun baru duduk dibangku sekolah dasar tahap awal, mereka telah mengerti apa arti kehilangan, dan semua itu mau-tidak mau, suka-tidak suka, harus mereka telan bulat bulat. 
"Jangan sedih dong jagoan jagoannya bunda" ucap kembali sang bunda.
"Iya bunda, kita akan jaga bunda sama sama, biarin ayah tenang disana" ucap Prada, sang kakak, dengan tegar dan polosnya."
"Iya kan, dek?" tanya sang kakak.
"Iya, kak, bunda." jawab gontai si bungsu.
Walaupun Prada sang kakak, mengidap keterbelakangan, tetapi dia tahu dan faham betul posisinya sebagai kakak harus tetap ia jalani, dan sebab itulah Prada tampak lebih tegar dari Fandy, sang adik. Bukan. Bukan karena tak mengerti dan merasakan arti kehilangan, tetapi karena ia tahu situasi sedang dalam duka dan luka yang beriringan. Mungkin sudah kodrat alam. Atau rahasia kalam. Yang jelas, tak ada yang lebih penting dari kebangkitan demi batin yang harus mulai digubah dengan kecerahan impian.

Further Contact